Kisah Dibalik Nadzom Tawassul "Ya Syekh Hadi Nuhun Hidayah" - Kang Aim Cimandor

Terbaru

Post Top Ad

Monday, July 18, 2022

Kisah Dibalik Nadzom Tawassul "Ya Syekh Hadi Nuhun Hidayah"

Kang Aim Cimandor, Cirebon 19/07/2022 : Ya Allah Ya Rosulullah Ya habibi kholifah rosul * Abdi Ummat nuhun gandul dateng syekhuna lan gusti rosul, dan seterusnya adalah lantunan Nadzom yang selalu dibaca saat tawassul sehingga nadzom tersebut sangat masyhur dikalangan Jamaah Asysyahadatain. Namun pada generasi muda sekarang sudah banyak yang tidak tau kisah dibalik nadzom tersebut.


Suasana Tawasul Akbar Ruwahan di Kudus, 2017

Tulisan ini mengawali menulis kembali setelah diingatkan oleh ponakan (arifin) yang penuh perhatian tentang perjalanan para tokoh Asysyahadatain yang hidup semasa dengan syekhuna.


Kisah ini pertama saya dengar dari Abah Idris Anwar Kuningan dan beberapa teman mesantren saya, dan saya kroscek langsung ke Romo Kiai Masrukhin Kudus (karena sang pelaku adalah beliau).


Pada kisah sebelumnya saya pernah menulis bahwa Kiai Zamakhsyari Demak di Bai'at Syahadat oleh Nabi Khidir atas perintah Syekhuna, hal ini memicu rasa rindu Romo Kiai Masrukhin kepada Nabi Khidir, sehingga beliau memohon pada Syekhuna agar bisa bertemu dengan Nabi Khidir.


Permohonan Romo Kiai dikabulkan Syekhuna dengan syarat menunggu dipinggir lapangan sejak setelah Dhuha hingga Dzuhur, dan orang yang pertama lewat adalah Nabi Khidir (itulah yang diungkapkan Syekhuna). Dengan semangat dan rasa rindu yang menggebu Romo Kiai pun menuruti perintah Syekhuna, perkiraan pukul 10 terlihat orang "mikul" datang, namun karena yang dibawa dalam pikulannya adalah *sesuatu yang tidak lazim dalam pandangan umum, maka Romo Kiai tidak berani bersalaman. 


Saat mengadu ke Syekhuna bahwa beliau tidak ketemu dengan seorangpun, Syekhuna mengatakan bahwa Nabi Khidir telah datang dengan membawa pikulan, hal ini membuat Romo Kiai sangat menyesal, sehingga beliau memohon satu kesempatan lagi, dan disanggupi oleh Syekhuna hari Jumat depan.


Pada hari yang disepakati Romo Kiai diajak jalan ke sekitaran jalan BAT Cirebon, disana berjejer pengemis dan Syekhuna membagikan uang kesemua pengemis, saat memberikan uang pada pengemis dengan berbahasa china, Syekhuna mengobrol dengan asyiknya menggunakan bahasa china, saat itu Romo Kiai hanya terdiam dan kagum karena Syekhuna begitu piawai berbahasa china. 


Selepas itu Syekhuna berjalan kembali dan memberitahukan kepada Romo Kiai bahwa orang china yang tadi diajak ngbrol adalah Nabi Khidir, Sontak Romo Kiai berlari mencari, namun orang yang beliau cari sudah tidak ada. 


Penyesalan ini terbawa hingga kerumah kediamannya, disaat duduk dimasjid selepas menjadi Imam, Romo Kiai menangis meratapi diri yang begitu bodoh dan hina, dalam tangisannya berucap kalimat-kalimat Nadzom yang sama sekali tidak dirancang atau dikarang beliau.


Seminggu kemudian di Masjid Syekhuna saat Aurad Maghrib Syekhuna berdiri dan menunjuk Romo Kiai dengan ucapan "Kiai.. diwaca maning nangise!" seketika itu Romo Kiai kaget, dan lantunan itu dibaca ditengah-tengah jamaah, dengan suara lirih penuh haru sontak seluruh jamaah menangis mendengar lantunan suara Romo Kiai yang tersedu-sedu.


Rekan-rekan yang seusia saya mungkin pernah mendengar suara Romo Kiai melantunkan Nadzom itu saat Tawassul Fajar dimasjid Syekhuna, begitu berasa sedihnya.


No comments:

Post a Comment

Post Top Ad