(Kang Aim, Cirebon 10/12/2016) Lakon Tunjina adalah Lakon kedua setelah stempel /Bai'at Syahadat. Sholawat Tunjina yang kita baca berbeda dengan yang biasa dibaca oleh kebanyakan ummat islam dinegeri ini.
Bacaan Tunjina dengan Dhomir "Biha" |
Sholawat Tunjina yang dibaca dengan Dhomir "Biha" adalah Sholawat tunjina dan dikenal juga dengan nama Sholawat Munjiyat, adalah Sholawat yang dibawa oleh Shohibul Fadhilah Sayyidi Syekh Abi Abdillah Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli seorang ulama ahli hikmah dan makrifat, beliau membawa Sholawat itu sebagai permohonan kesuburan kepada Allah. Para ulama menjelaskan bahwa manfaat dan khasiat dari membacanya dapat membukakan pintu rizki dan menghilangkan sifat apes dan kesusahan pada diri pembacanya serta diberi keselamatan dari panca baya.
Sedangkan Sholawat Tunjina yang dituntun Syekhuna dengan Dhomir "Bihi", dari kalimat Sholawatnya sudah berbeda, maka kandungan khasiatnyapun berbeda. Sholawat ini masuk dalam jajaran syarat menjadi murid Syekhuna dengan dibarengi Sholat Dhuha-Tahajjud. Sholawat Tunjina yang dituntun Syekhuna adalah hadiah dari Shohibuzzaman Syekh Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein bin Sayyidina Ali, beliau adalah cicit Rosulullah yang selamat dari pembantaian karbala, Beliau adalah satu-satunya keturunan Sayyidina Husein yang selamat. Beliau diberi gelar As-Sajjad (Ahli Sujud)
Baca Juga : Stempel adalah awal dari keyakinan dan kepatuhan
KH. Idris Anwar menjelaskan bahwa Tunjina ini sebagai permohonan pertama seorang murid yaitu Diakui oleh Syekhuna, dihilangkan sifat malas dan kesusahan, diberikan keselamatan, dikabulkan segala kebutuhannya dan diberikan keluasan hati dalam memahami ajaran.
Kiyai Masrukhin memaparkan bahwa Tunjina ini merupakan petunjuk pertama dalam mengikuti tuntunan Syekhuna sehingga yang telah lulus tunjina ini hatinya tidak akan tergoda oleh ajaran-ajaran yang lain.
Ki Suta menggambarkan Tunjina dengan sebuah karcis masuk, beliau lanjut menjelaskan kalau kita hanya sampai stempel saja lalu apa yang akan di Stempel toh karcisnya belum dipegang, bagaimana bisa masuk.
Kiyai Zen Graksan saat ditanya tentang Tunjina, beliau balik bertanya pada saya "Sirae wis durung" saya jawab "Sampun", beliau kemudian menjawab "Skie blajar nyapu bae ya, sungkrae dibakar, sawange disaponi, aja turu bae" saya jawab "Enggih" (walaupun dengan jawaban beliau yang kurang dimengerti). Wallahu A'lam
Komentar harap ditulis pada kolom dibawah ini.............
No comments:
Post a Comment