Stempel adalah Awal dari keyakinan dan kepatuhan - Kang Aim Cimandor

Terbaru

Post Top Ad

Thursday, December 8, 2016

Stempel adalah Awal dari keyakinan dan kepatuhan

(Kang Aim, Cirebon 9/12/2016) Kali ini menceritakan beberapa pengalaman stempel/Bai'at Syahadat yang berbeda. Dalam cerita yang diangkat beberapa hari yang lalu sebuah perlambang "Timbul Ulama Khowariqul Adat ngecap Syahadat ning Batuk.....". Perlambang tersebut menjelaskan bahwa Syekhuna men-stempel syahadat ning batuk, sehingga pada prakteknya tangan kanan "ning batuk"/dijidat tangan kiri memegang hati "supayaha cangkem ati dadi akur".

Sayyidi Syekhunal Mukarrom 
Pertama, Sebuah Kisah dari tanah Demak seorang Ulama Mulia Kiyai Zamakhsari, Beliau diajak menghadap Syekhuna oleh Kiyai Masrukhin setelah beberapa kali ajakan baru kemudian beliau mau berangkat ke Panguragan. Sesampainya menghadap Syekhuna Kiyai Masrukhin mengenalkannya kepada Syekhuna dan bekata "Bah, ini saudara saya mau ngalap Syahadat", Syekhuna menjawab "Uwis" (Sudah di stempel). Kiyai Masrukhin menegaskan bahwa baru kali ini Kiyai Zamakhsari menghadap Syekhuna, lalu bagaimana sudah stempel. tapi tetap dengan jawabannya Syekhuna mengatakan "Uwis". Setelah Kiyai Zamakhsarinya sendiri yang berkata bahwa beliau baru bertemu dengan Syekhuna, Syekhuna menjawab "Uwis, kang bai'at sampean iku Khidir, Dikon ning Kito" Seketika itu beliau tersungkur didepan Syekhuna memohon bimbingan dan pengakuan. Subhanallah... ternyata ulama mulia tersebut sudah di Bai'at oleh Nabi Khidir as. (yang semua orang mengharapkan bertemu dengannya) dan itu atas perintah Syekhuna, sungguh mulia guru kita ini (mohon koreksinya apabila ada kesalahan cerita).

Kedua, Al-Habib Ahmad, Beliau sejak muda diasuh oleh Syekhuna karena termasuk keponakan syekhuna, beliau mengikuti lakon yang dituntun syekhuna pada santri-santrinya. Namun yang tidak beliau kerjakan adalah Stempel dan rentetannya (Tunjina, Modal, Karcis) karena beliau ragu Syekhuna sebagai mursyid. Para Habaib yang lain gagah dengan pakaiannya, sedangkan gaya hidup syekhuna pagi hari memakai kampret pergi kekebun, kemudian pulang dalam sakunya membawa terong dkk. sungguh kebiasaan petani bagaimana menjadi mursyid (dalam pikiran beliau).

Akhirnya Al-Habib Ahmad dinikahkan dengan putri Syekhuna yaitu Syarifah Zaenab (dengan Situasi belum Stempel disaat itu), Setelah menikah, beliau banyak mendapatkan mimpi-mimpi petunjuk, sehingga tak lama kemudian beliaupun memohon kepada syekhuna untuk mengangkatnya menjadi murid, dan barulah di Stempel oleh Syekhuna.  


Hal ini memiliki makna bahwa Stempel itu harus memiliki keyakinan bulat, kalau hanya atas perintah dari atasan atau mertuanya, hasilnyapun tidak dapat dipertanggungjawabkan. teringat dengan pengalaman pribadi saya saat Stempel kepada Al-Habib Abah Isma'il, beliau bertanya kepada saya "Wis yakin durung, lamon durung ya aja". Namun stempel yang saya alami pun aneh, saya dirangkul oleh beliau, dengan suara sangat keras beliau mengucapkan dua kalimah syahadat sangat keras nempel dengan telinga saya, sehingga rasa rontok semua tenaga saya, keringat membasahi tubuh saya, saya tidak meletakkan tangan saya ke jidat/batuk karena terhalangi tubuh beliau. seusai stempel beliau berkata "Siro akeh Syetane, ora cukup padu nempel ning batuk". saat itu biasa saja karena usia saya baru kelas dua MTs. sekarang baru terpikir bahwa saya banyak Syetannya. "innas Syaithona yajri minal insani majrod dam" sesungguhnya syetan mengalir dalam darah manusia.

Semoga cerita ini bermanfaat, keyakinan terhadap guru merupakan modal awal untuk dapat melaksanakan tuntunannya dengan serius.


Komentar harap ditulis pada kolom dibawah ini  

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad