Makna "Sing Mlebu Getun Sing Ora Mlebu Keduhung" - Kang Aim Cimandor

Terbaru

Post Top Ad

Friday, December 30, 2016

Makna "Sing Mlebu Getun Sing Ora Mlebu Keduhung"

(Kang Aim, Cirebon 31/12/2016) Bahasan kali ini membahas sebuah perlambang zaman berzaman, yaitu dalam kalimat "Timbul Ulama Khowariqul adat ngecap syahadat ning batuk buka pasar batavia sing mlebu getun sing ora mlebu keduhung".

Dalam potongan kalimat tersebut dipaparkan bahwa akan timbul seorang ulama yang memiliki ciri setempel dengan membaca syahadat dijidat /batuk, membuka pasar batavia diartikan pada masa pembubaran penjajahan dinegeri batavia/ belanda. Penjelasan tersebut tidak aneh bagi saya karena itu adalah yang disampaikan pada Syekhuna sebagai tugasnya, namun kalimat selanjutnya yang membuat saya heran yaitu "sing mlebu getun sing ora mlebu keduhung", sehingga hal ini saya tanyakn kepada para sesepuh.


Ki Suta Jaya hanya menjelaskan perbedaan dua kalimat getun dan keduhung (dalam benak saya getun berbahasa jawa dan keduhung berbahasa sunda yang memiliki arti yang sama), beliau memaparkan bahwa getun memiliki arti kecewa atau menyesal, beliau bertanya pada saya "getun beli lamon mene ora ketemu Ki Suta?" saya jawab "Getun". Dalam makna keduhung beliau menjelaskan bahwa keduhung adalah kekecewaan yang timbul karena sudah kepalang masuk, beliau bertanya pada saya "Keduhung ora yen mu bengi ora tahajjud?" saya diam sebentar, lalu menjawab "Keduhung". Dari pemaparan tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa 'Getun' bisa diulang esok hari sedangkan 'keduhung' tidak dapat didapat pada kesempatan lain.

K. Masrukhin menjelaskan bahwa apabila masuk dalam tuntunan Syekhuna harus merasa 'Getun', Getun ora ngaji, getun ora bakti, getun ninggalaken wirid, getun jubah sorbane ora kagawa, lanjut beliau bertanya "inggih boten?", saya terdiam malu,. Subhanallah.... sangat berat membawa Jubah sorban saat bepergian.


Komentar harap ditulis pada kolom dibawah ini...........


No comments:

Post a Comment

Post Top Ad